KONEKSI
ANTAR MATERI - MODUL 3.3
CGP
ANGKATAN 9 KABUPATEN INDRAMAYU
Tujuan
Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan koneksi antarmateri
yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman
tentang program sekolah yang berdampak pada murid.
Pertanyaan
Pemantik: Bagaimana saya dapat mengaitkan intisari dari
materi modul-modul guru penggerak yang telah saya pelajari untuk menjadi
landasan teori bagi rencana program/kegiatan yang berdampak pada murid yang
saya buat?
Jawaban
Pertanyaan Pemantik:
Dengan
memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, menerapkan strategi sebagai
pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid, mengembangkan keterampilan
komunikasi dan coaching, serta mengelola sumber daya secara efektif, seorang
Guru Penggerak dapat merancang program atau kegiatan yang berdampak positif
pada murid. Program ini mencerminkan nilai-nilai inklusif, humanis, dan
pengembangan karakter yang menjadi inti dari pendidikan Dewantara. Melalui
interaksi yang mendalam antara guru, murid, dan orangtua serta pemanfaatan
sumber daya yang ada dengan bijak, program-program ini mendorong pertumbuhan
holistik murid dan memperkuat ikatan antara sekolah, keluarga, dan komunitas
dalam mendukung proses pembelajaran. Dengan demikian, Guru Penggerak menjadi
agen perubahan yang memperkaya pengalaman belajar murid dan mengarahkan mereka
menuju prestasi yang lebih baik secara pribadi dan akademis.
REFLEKSI KONEKSI ANTAR MATERI
Saya merasa sangat bersemangat setelah mempelajari
modul ini karena memberikan wawasan yang sangat berharga tentang bagaimana
menyusun program atau kegiatan sekolah yang berdampak positif pada murid.
Setelah mempelajari materi tentang pengelolaan program yang berdampak positif
pada murid, saya semakin menyadari bahwa peran guru sangat penting dalam
membimbing dan membantu murid agar mampu memimpin proses belajarnya sendiri.
Hal ini membantu terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Saya juga semakin percaya diri untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada murid guna memperkuat kepemimpinan murid, terutama dalam konteks
penguatan Profil Pelajar Pancasila. Guru harus memiliki kesadaran dan
perencanaan yang terencana untuk terus membangun dan menguatkan kepemimpinan
murid (student agency) dengan memberikan ruang dan kesempatan kepada murid
untuk memiliki suara, membuat pilihan, dan merasa memiliki tanggung jawab
terhadap proses pembelajaran. Melibatkan murid dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi program sekolah merupakan kunci untuk menciptakan lingkungan yang
mendorong pertumbuhan kepemimpinan murid. Saya menyadari bahwa murid bukan hanya
penerima informasi, tetapi juga mitra bagi guru dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, penting bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka
sendiri. Dengan menerapkan konsep kepemimpinan murid dan memperkuat Profil
Pelajar Pancasila, diharapkan murid dapat lebih aktif, kreatif, dan mandiri
dalam belajar, serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Apa intisari yang Anda dapatkan
dari modul ini?
Intisari dari modul ini adalah pemahaman mendalam
tentang pentingnya kepemimpinan murid (student agency) dalam konteks
pendidikan modern. Dalam modul ini, saya belajar bahwa kepemimpinan murid tidak
hanya sebatas tentang memegang jabatan formal dalam organisasi siswa di
sekolah, tetapi lebih pada pemberdayaan murid untuk menjadi aktor utama dalam
proses pembelajaran mereka sendiri.
Salah satu inti dari pembelajaran ini adalah konsep
suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership)
bagi murid. Murid yang memiliki suara di kelasnya merasa dihargai dan
didengarkan, yang pada gilirannya meningkatkan rasa memiliki terhadap proses
pembelajaran. Dengan memberikan pilihan kepada murid, guru memberikan
kesempatan bagi mereka untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka
sendiri. Sementara kepemilikan mengacu pada tanggung jawab dan keterlibatan
aktif murid dalam proses belajar, sehingga mereka merasa memiliki peran penting
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Selain itu, modul ini juga menyoroti pentingnya
peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kepemimpinan
murid. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang mampu memberdayakan murid
untuk mengembangkan suara, pilihan, dan kepemilikan mereka. Ini dapat dilakukan
melalui penggunaan metode pembelajaran yang berpusat pada murid, memberikan
kesempatan partisipasi aktif, serta memberikan umpan balik yang konstruktif
untuk meningkatkan keterlibatan dan tanggung jawab murid dalam pembelajaran.
Selain itu, saya juga memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang bagaimana konsep kepemimpinan murid terkait erat dengan
pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Profil tersebut mencakup aspek-aspek
seperti berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong,
bernalar kritis, dan kreatif. Dengan menerapkan konsep kepemimpinan murid,
sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan
holistik murid sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Secara keseluruhan, modul ini memberikan wawasan
yang sangat berharga tentang bagaimana memperkuat kepemimpinan murid dalam
konteks pembelajaran modern. Dengan memahami pentingnya suara, pilihan, dan
kepemilikan murid, serta peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung, kita dapat memastikan bahwa pendidikan tidak hanya tentang
pengetahuan, tetapi juga tentang pengembangan karakter dan kepemimpinan yang
berkelanjutan.
3.
Apa keterkaitan yang dapat Anda
lihat antara modul ini dengan modul-modul sebelumnya?
Keterkaitan antara
modul ini dengan modul-modul sebelumnya sangatlah erat dan saling melengkapi.
Modul-modul sebelumnya membahas tentang filosofi pendidikan, peran guru sebagai
penggerak, visi guru, budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran
emosional dan sosial, coaching untuk supervisi akademik, serta pengambilan
keputusan dan pengelolaan sumber daya. Semua modul ini memberikan fondasi yang
kuat untuk memahami pentingnya pengelolaan program yang berdampak positif pada
murid.
Filosofi pendidikan
menekankan pentingnya memahami kodrat dan potensi unik setiap murid, yang mana
merupakan dasar dari pendekatan kepemimpinan murid. Visi guru penggerak
mencerminkan aspirasi untuk menciptakan perubahan positif dalam proses
pembelajaran, yang pada gilirannya menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung kepemimpinan murid. Budaya positif di sekolah menciptakan landasan
yang kokoh bagi pengembangan kepemimpinan murid, sementara pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran emosional dan sosial memberikan alat dan
strategi konkret untuk memberdayakan murid.
Coaching untuk
supervisi akademik menggarisbawahi pentingnya peran guru sebagai pemimpin
pembelajaran yang mendukung perkembangan penuh potensi murid. Sementara
pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya menyoroti kebutuhan untuk
pengelolaan yang bijaksana dan strategis dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang berdampak pada murid.
Dengan memahami
keterkaitan ini, kita dapat melihat bagaimana setiap elemen dalam proses
pendidikan saling mendukung untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
kepemimpinan murid. Guru yang memahami nilai-nilai filosofis pendidikan dan
memiliki visi yang jelas akan mampu menciptakan budaya positif di sekolah.
Dengan pendekatan pembelajaran yang berdiferensiasi dan pembelajaran emosional
dan sosial, guru dapat memberdayakan murid untuk mengambil peran aktif dalam
pembelajaran mereka sendiri. Coaching untuk supervisi akademik dan pengelolaan
yang bijaksana dari sumber daya sekolah akan memastikan bahwa program-program
yang dirancang dan dilaksanakan memiliki dampak yang positif pada murid.
Secara keseluruhan, keterkaitan
antara modul ini dengan modul-modul sebelumnya membentuk kerangka kerja yang
komprehensif untuk pengembangan pendidikan yang berfokus pada murid. Dengan
mengintegrasikan konsep-konsep dan strategi-strategi dari setiap modul, kita
dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, memberdayakan, dan
menginspirasi setiap murid untuk mencapai potensi penuh mereka.
Peta Materi
Pendidikan Guru Penggerak
Modul
1.1. Filosofi Ki Hadjar Dewantara menggarisbawahi bahwa
pendidikan bertujuan untuk membimbing potensi alamiah pada anak-anak agar
mencapai keselamatan dan kebahagiaan tertinggi, baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid, mengakui bahwa setiap
murid memiliki potensi yang berbeda-beda.
Modul
1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak dalam konteks ini
sangat penting. Guru harus menerapkan nilai-nilai mandiri, kolaboratif,
reflektif, inovatif, dan berpihak pada murid untuk menciptakan pembelajaran
sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Mereka juga harus aktif dalam membangun
sinergi di lingkungan sekolah, menggerakkan komunitas praktisi, dan menjadi
mentor bagi rekan guru lainnya.
Modul
1.3 Visi Guru Penggerak berbasis Inkuiri Apresiatif
menjadi landasan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas. Konsep
ATAP dan BAGJA dapat digunakan dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dengan
fokus pada penemuan hal positif dalam individu, organisasi, dan dunia
sekitarnya.
Modul
1.4. Budaya positif di sekolah merupakan landasan
untuk mendukung perkembangan murid. Dengan menerapkan disiplin positif dan
motivasi perilaku, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung karakter
positif pada murid.
Modul 2.1
Pembelajaran diferensiasi memperhatikan keunikkan murid dalam proses
pembelajaran. Guru perlu melakukan pemetaan sebelum menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi, dan pemanfaatan sumber daya sekolah secara optimal dapat
mendukung terwujudnya pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid.
Modul
2.2. Pembelajaran sosial dan emosional mendorong pengembangan
keterampilan sosial dan emosional pada murid melalui kolaborasi komunitas
sekolah. Teknik mindfulness juga bisa digunakan untuk mengelola sumber daya
manusia, yaitu murid, agar potensi kecerdasan sosial emosional mereka
berkembang optimal.
Modul
2.3 Coaching untuk supervisi Akademik merupakan strategi
untuk mengembangkan potensi anak dengan menuntun mereka dalam proses
pembelajaran. Melalui coaching, anak diberi kesempatan untuk mengembangkan
proses berpikir mereka sendiri.
Modul
3.1 Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
adalah kunci dalam manajemen sumber daya sekolah. Sebagai pemimpin
pembelajaran, guru harus mengambil keputusan yang bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat dengan mengedepankan prinsip-prinsip etika dan moral.
Langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarkan paradigma, prinsip, dan
langkah-langkah yang ditetapkan akan memastikan keputusan yang tepat dan
bertanggung jawab.
Modul
3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Peran guru
sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah. Guru sebagai
pemimpin pembelajaran tidak hanya bertanggung jawab atas kegiatan belajar
mengajar di kelas, tetapi juga memiliki peran penting dalam mengelola
program-program sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, guru perlu memahami
dan mengidentifikasi aset-aset yang dimiliki oleh sekolah, baik itu berupa aset
fisik seperti bangunan dan fasilitas, maupun aset non-fisik seperti keberadaan
tenaga pendidik dan karyawan, jaringan komunitas, dan budaya sekolah yang ada.
Modul 3.3. Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah. Ketujuh aset tersebut meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Dalam pengelolaan program sekolah, guru perlu memetakan dan mengoptimalkan keberadaan ketujuh aset tersebut.
Dengan memahami
dan memanfaatkan modal atau sumber daya yang ada di sekolah, guru dapat
merencanakan dan melaksanakan program-program yang lebih efektif dan berdampak
pada murid. Misalnya, dengan memanfaatkan modal manusia yang ada di sekolah,
guru dapat melibatkan tenaga pendidik dan karyawan dalam pengembangan kurikulum
dan metode pembelajaran yang inovatif. Begitu pula dengan modal sosial, guru
dapat memanfaatkan jaringan komunitas untuk mendukung program-program
ekstrakurikuler atau kegiatan pembelajaran di luar kelas.
4.
Setelah melihat keterkaitan antara
modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang
program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program
atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar
program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?
Perspektif saya tentang program yang berdampak
positif pada murid adalah bahwa program tersebut harus dirancang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan konsep kepemimpinan murid (student
agency), paradigma inkuiri apresiatif BAGJA, dan memanfaatkan 7 aset atau modal
yang dimiliki sekolah. Konsep kepemimpinan murid mengacu pada memberikan ruang
kepada murid untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan
pengembangan diri mereka sendiri. Paradigma inkuiri apresiatif BAGJA memberikan
pendekatan berbasis aset dan kekuatan sekolah, yang menjadi kunci untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program yang berdampak
positif pada murid.
Dalam perencanaan, program-program tersebut harus
melibatkan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, termasuk guru, murid,
orang tua, dan staf sekolah. Dengan memahami 7 aset atau modal yang dimiliki
sekolah, yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam,
modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya, kita dapat merumuskan
tujuan dan strategi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan dan potensi setiap
murid secara efektif.
Selama pelaksanaan, penting bagi guru dan staf
sekolah untuk memberdayakan murid sebagai pemimpin dalam proses belajar mereka
sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan mereka ruang untuk
menyuarakan pendapat, membuat pilihan, dan memiliki kepemilikan atas
pembelajaran mereka. Guru berperan sebagai mitra belajar yang memberikan
dukungan dan umpan balik kepada murid untuk membantu mereka mencapai tujuan
pembelajaran.
Evaluasi program juga harus dilakukan secara
berkelanjutan dan berbasis data. Guru dan murid dapat bekerja sama untuk
mengevaluasi efektivitas program dan dampaknya terhadap perkembangan murid.
Dengan refleksi evaluasi yang sistematis, sekolah dapat mengetahui area yang
perlu diperbaiki dan mengembangkan program-program yang lebih efektif di masa
depan.
Secara keseluruhan, program-program yang berdampak
positif pada murid harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang konsep
kepemimpinan murid, paradigma inkuiri apresiatif BAGJA, dan memanfaatkan 7 aset
atau modal yang dimiliki sekolah. Dengan pendekatan ini, kita dapat menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung, merangsang, dan memotivasi setiap murid
untuk mencapai potensi maksimal mereka.
PROGRAM YANG DI BUAT DALAM MODUL 3.3
Prakarsa Perubahan: Muwujudkan murid yang memiliki
akhlak mulia, sikap positif dalam bergotong royong dan dapat mandiri dalam
meraih kesuksesan melalui Program Gerakan Budaya Positif Sekolah 5S (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) dan peduli lingkungan. Program Bertakwa Kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Bergotong Royong dan Mandiri dengan
berkolaborasi bersama guru dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan di
sekolah, mewujudkan giat pagi murid yang isinya tentang pengarahan, motivasi,
yelling, kebugaran murid dan menanamkan nilai nilai 5S (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, dan Santun)
Posting Komentar untuk "Koneksi Antar Materi - Modul 3.3"